Lembayung Mendayuh

Antara aku, kau, dan ilmu

Pemanfaatan Langsung Energi Panas Bumi

Posted by ecanblue pada Januari 9, 2014

Penggunaan energi panas bumi secara langsung sudah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu. Pemanfaatannya selain untuk pemandian air panas, juga untuk memasak bahan makanan. Sedangkan untuk pemanfaatan panas bumi untuk pengering bahan pangan skala industri pertama kali dilakukan di Amerika Serikat, Nevada. Pemanfaatan langsung dalam bidang pertanian ini digunakan untuk mengeringkan bawang merah dan bawang putih dengan total produksi lebih dari 3 – 4 ton bawang basah setiap jam. Sesuai dengan perkembanganya, pemanfaatan langsung panas bumi mulai digunakan untuk berbagai keperluan serta meluas di berbagai daerah, semisal ekstraksi asam boric di Italia, pengeringan ikan di Iceland, pengeringan tomat di Yunani, pengeringan gandum di Hongaria, pemanasan ruangan di Jerman. Dan pemanfaatan langsung fluida panas bumi itu pun terus berkembang pada zaman modern ini di berbagai bidang. Namun pemanfaatan energi panas bumi secara persentase distribusi pemanfatan langsung panas bumi di dunia masih berkisar pada porsi 0,02%.

pem langsung                                                                                                         Sumber: GeoHeat

Negara Indonesia memiliki peluang yang sangat besar di bidang panas bumi. Potensi cadangan energi panas bumi di Indonesia sebesar 40% dari total cadangan energi panas bumi seluruh dunia, atau setara dengan 28.000 MWe. Potensi panas bumi ini tersebar dari Aceh sampai Sulawesi. Untuk memanfaatkan kesempatan ini perlu dilakukan kajian yang mendalam agar perkembangan pemanfaatan panas bumi untuk pembangkit listrik juga diimbangi dengan kajian pemanfaatan langsung fluida panas bumi, seperti untuk pertanian, perikanan, pariwisata dan bahkan untuk proses kimia.

Berdasarkan data Departemen ESDM bulan juli 2010, pemanfaatan panas bumi untuk listrik di Indonesia telah mencapai 1189 MWe yang tersebar di wilayah Indonesia. Sedangkan untuk pemanfaatan panas bumi secara langsung masih terbatas untuk pemandian air panas yang digunakan pada tempat-tempat wisata, seperti Ciwidey, Cipanas, dan tempat-tempat pemandian umum di daerah Garut.

Pemanfaatan fluida panas bumi selain untuk pembangkit listrik dapat mengikuti alur pemanfaatan yang sesuai dengan diagram Lyndal (Lyndal Chart) yang mengelompokkan jenis pemanfaatan panas bumi berdasarkan urutan temperatur yang sesuai dengan pemanfaatannya. Dengan diagram ini akan diperoleh suatu gambaran mengenai pemanfaatan fluida panas bumi dan aplikasi apa yang sesuai di lapangan. Menurut diagram Lindall (D.N. Anderson, 1979) yang ditunjukkan pada gambar, sumber energi yang memiliki entalpi tinggi (temperatur > 200 0C), pemanfaatanya adalah untuk pembangkit listrik, sedangkan yang memiliki entalpi sedang hingga rendah (temperatur < 200 0C), pemanfaatanya sebagai media pengeringan produk pertanian dan perikanan serta kebutuhan industri dan pariwisata.

lindall

Diagram Lindall (D.N. Anderson, 1979)

Pada umumnya karakteristik sumber energi panas bumi di Indonesia letaknya di sekitar daerah pegunungan dengan tanah-tanah pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, dan tempat wisata. Di daerah-daerah seperti ini, energi panas bumi dapat dimanfaatkan misalnya untuk proses pengawetan dan pengeringan produk pertanian, strelisasi media tanam, pasteurisasi produk peternakan, pemanas ruangan, pemandian air panas, penyamak kulit, dan lain-lain. (ASHARE, 1987).

ilutrasi                                                                                (Ilustrasi Kawasan PLTP, sb: ESDM Jabar)

Dengan meningkatnya pengelolaan panas bumi di Indonesia untuk pembangkit listrik, seharusnya akan meningkatkan pula pemanfaatan panas bumi selain listrik, sehingga pemanfaatan panas bumi di Indonesia menjadi lebih efektif.

Seperti yang sudah dilakukan di Iceland, Amerika Serikat, Belanda, Rusia, serta Jepang. Negara-negara tersebut telah memanfaatkan energi panas bumi untuk kegiatan industri, pertanian, penangkaran hewan air, budidaya ikan, green house, bahkan digunakan sebagai pencair salju di jalan raya apabila musim salju tiba. Di daerah Oregon, Klamath fall Amerika Serikat, air panas bumi digunakan untuk memenuhi kebutuhan air panas dari sekolah dasar sampai universitas menggunakan sistem pompa (Jhon Lund, WGC 2010). Contoh Beberapa pemanfaatan di berbagai negara:

1. Penerapan Holtikultura (Flint Greenhouse di Idaho Mountain State Plants)

hortikultura                                                                                                    Sumber: GeoHeat

2. Pengembang biakan ikan di Idaho

ikan

3. Pemanas Ruangan di Idaho

pemanasan

4.  Pengembangbiakan buaya di Idaho

buaya

5.  Pemandian Air Hangat di Tauhara New Zealand

air panas

6. Tentunya masih banyak lagi… 🙂

Untuk memanfaatkan sumber-sumber fluida panas bumi misalnya dari sumur yang kurang ekonomis untuk pembangkit listrik, fluida manifestasi yang bertemperatur tinggi, air sisa pembangkitan, atau bahkan pemboran sumur dangkal perlu dirancang sebuah alat yang dapat mengekstrak panas dari sumur tersebut menjadi lebih berdaya guna. Salah satu caranya adalah membuat alat yang mampu mengkonversi panas fluida tersebut menjadi udara panas untuk pengering produk pertanian. Sistem kerja alat ini adalah mengalirkan fluida panas bumi melalui sebuah alat penukar panas. Secara bersamaan dialirkan fluida udara dengan bantuan blower melewati alat penukar panas tersebut. Setelah terjadi pertukaran panas antara fluida air panas bumi dan udara dari lingkungan, maka udara tersebut digunakan untuk menguapkan kandungan air dari bahan yang akan dikeringkan.

ilus pemDaftar Pustaka

Ambriz-Díaz, V.M., C. Rubio-Maya, J.J.P. Ibarra, S.R.G. González, J.M. Patiño, 2017, Analysis of a sequential production of electricity, ice and drying of agricultural products by cascading geothermal energy,International Journal of Hydrogen Energy, 42

Amponsah, N. Y., M. Troldborg, B. Kington, I. Aalders, R. L. Hough. (2014) ‘Greenhouse gas emissions from renewable energy sources: A review of lifecycle considerations’, Renewable and Sustainable Energy Reviews. Elsevier, 39, pp. 461–475. doi: 10.1016/j.rser.2014.07.087

Tinggalkan komentar