Lembayung Mendayuh

Antara aku, kau, dan ilmu

Archive for the ‘Psikologi dan Kesehatan’ Category

MANFAAT ASI MENURUT ALQUR’AN DAN SAINS

Posted by ecanblue pada Januari 16, 2014

Setelah proses penciptaan dan perkembangan janin sempurna, maka janin tersebut siap untuk meninggalkan tempat di mana selama ini ia tempati, yaitu rahim. Hal itu terjadi, karena desakan otot-otot rahim yang mendorong dan memaksa janin untuk keluar. Selama dalam kandungan atau rahim, janin mendapatkan makanan berdasarkan apa yang dikomsumsi ibunya yang disalurkan melalui plasenta atau ari-ari. Begitu juga dengan kotorannya, juga dikeluarkan melalui plasenta ini. Setelah janin keluar dari rahim ibunya, selanjutnya ia mengandalkan makanannya dari air susu ibunya (ASI), yang keluar karena desakan hormon-hormon yang terdapat pada kelenjar payudaranya.

ASI ini, mengandung berbagai unsur makanan yag dibutuhkan bayi untuk membantu perkembangannya. Selain itu, ASI juga mengandung banyak vitamin, kadar lemak dan unsur-unsur makanan yang lainnya. Berdasarkan hal ini, maka kita bisa mengatakan bahwa ASI merupakan makanan sempurna yang mengandung berbagai zat makanan yang sangat diperlukan oleh tubuh makhluk hidup, sehingga metabolisme tubuhnya bisa berjalan lancar dan perkembangan badannya berlangsung dengan baik. Beberapa pusat penelitian pun, telah banyak mengadakan eksperimen untuk membuat ASI tiruan, melalui uji coba bahan-bahan kimiawi yang disuntikkan ke dalam kelenjar susu pada beberapa binatang menyusui. Maksud dari eksperimen ini, adalah untuk membuat susu buatan yang memiliki kandungan kimiawi yang sama dengan susu murni (ASI). Dan hasilnya, seperti yang kita dapatkan sekarang ini, di pasaran banyak terdapat susu buatan yang dijual di toko-toko, baik untuk komsumsi bayi, maupun anak-anak, bahkan untuk orang dewasa.

Namun para ilmuwan berdasarkan penelitian yang mereka lakukan menegaskan, bahwa susu buatan mustahil dapat menggantikan fungsi susu murni, karena kandungan yang dimiliki keduanya tidak bisa sama persis. Tentunya, pengakuan di atas, menunjukkan kegagalan susu buatan dalam memainkan perannya sebagai pengganti susu murni (ASI).  Bahkan beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisa kandungan zat yang terdapat dalam susu buatan. Hasil dari penelitan itu menyatakan bahwa susu buatan tidak aman dan memiliki kemungkinan untuk mengandung bahan-bahan yang dapat mengakibatkan kerusakan sel tubuh.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, beberapa pusat penelitian menyeru dan mengkampanyekan slogan back to basic. Di mana mereka mengajurkan para ibu untuk memberikan susu murni (ASI) kepada anak mereka dengan menyusuinya langsung. Hal itu dapat menyelamatkan bayi mereka, sekaligus menyelamatkan generasi yang akan datang dari cacat tubuh yang diakibatkan oleh komsumi susu buatan, atau kurangnya bayi dalam mengkomsumsi susu murni (ASI).

Tindaklanjut dari seruan di atas, mendorong sebagian ilmuwan untuk mengadakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ‘waktu ideal’ dalam menyusui seorang bayi. Di salah satu pusat penelitian yang terdapat di Kanada, telah dilakukan penelitian yang meliputi seratus lima puluh bayi yang ditempatkan bersama ibu mereka di suatu tempat dengan mendapatkan pengawasan penuh dari para ahli. Dengan tujuan, menghitung dan mengira-ngira ‘waktu ideal bagi penyusuan bayi’. Hal itu dilakukan dengan menghitung rata-rata pertumbuhan dan perkembangan bayi, sebagai akibat dari susu ASI yang mereka komsumsi setiap hari.

Hasil penelitian di atas, membuktikan bahwa waktu ideal bagi para ibu dalam menyusui mereka, dikaitkan dengan perkembangan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak mereka adalah kira-kira dua tahun atau kurang sedikit.  Untuk mendapatkan hasil penelitian yang memuaskan, para ilmuwan melakukan variasi eksperimen dengan mengurangi masa penyusuan bagi sebagian anak. Dan hasilnya menyatakan bahwa anak-anak yang dikurangi masa penyusuannya, mengalami ganguan dalam perkembangan biologisnya. Begitu juga dilakukan eksperimen dengan menambah masa penyusuan pada sebagian anak.

Dan hasilnya membuktikan bahwa anak-anak yang ditambah masa penyusuannya, juga mengalami gangguan pada perkembangan biologisnya dengan terjadinya penumpukan sebagian bahan atau zat pada sel tubuh yang tidak bisa dicernanya atau tidak bisa dibuang keluar.  Khusus untuk eksperimen yang terakhir, pemberian kadar susu yang diberikan kepada anak-anak yang ditambahi masa penyusuannya adalah kadar yang sama yang diberikan kepada anak-anak yang lain.

Berdasarkan beberapa penelitian di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa pemberian susu murni (ASI) pada bayi, merupakan dasar bagi perkembangan mereka, hingga mereka bisa tumbuh secara alami. Adapun masa ideal untuk menyusui mereka adalah dua tahun atau kurang sedikit. Di mana masa menyusui ini, tidak boleh dipercepat atau dikurangi, karena bisa mengganggu pertumbuhan beberapa sel.

Kalau kita perhatikan Alquran, kita akan menemukan petunjuk tentang masa ideal bagi penyusuan bayi ini, pada ayat 14 dari surah Luqman. Allah SWT berfirman: “Dan menyapihnya dalam dua tahun.”

Ungkapan Alquran “dalam dua tahun” menunjukkan bahwa penyapihan bayi (diputusnya masa penyusuan bayi oleh ibunya) dilakukan dalam rentang waktu dua tahun, yang mengandung arti bahwa masa penyapihan itu berlangsung selama dua tahun atau kurang sedikit. Dan hal itu tidak berarti penyapihan harus dilakukan tepat dua tahun.

Berdasarkan ayat ini juga, kita bisa mengambil kesimpulan tentang pentingnya pemberian ASI kepada bayi yang dilakukan selama masa dua tahun atau lebih. Petunjuk Alquran yang didukung oleh penelitian ilmiah dari para ahli ini, mengharuskan para ibu untuk mengikuti petunjuknya, agak anak yang mereka susui, bisa tumbuh sehat. Sehingga nantinya, bisa tumbuh kuat dan bermanfaat bagi masyarakatnya serta dapat menjalankan peranannya sebagai khalifah di muka bumi.

Posted in Psikologi dan Kesehatan | Leave a Comment »

Psikologi Marah

Posted by ecanblue pada Juni 3, 2008

“Orang yang kuat bukanlah seorang jago bela diri, angkat besi atau semacamnya, tetapi orang yang mampu menahan dirinya ketika marah (Aa Gym)”.

Banyak para ahli yang mendefinisikan kata marah, pandangan para psikolog disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang secara alami memiliki emosi. Menurut William James (psikolog dan filsuf Amerika), mengatakan bahwa emosi adalah keadaan jiwa yang menampakkan diri dengan sesuatu perubahan yang jelas pada tubuh. Dapat disimpulkan bahwa kemarahan adalah suatu reaksi emosional yang terlatih atau terbiasakan dalam kehidupan sehari-hari, maka sebenarnya ragam emosi yang kasar itu dapat disingkirkan atau sekurang-kurangnya dapat dikendalikan sehingga tidak menimbulkan berbagai bahaya yang fatal, yang akan disesali sepanjang hidupnya. Kemarahan manusia terdiri dari bermacam-macam, demikian juga tingkatannya. Masing-masing manusia memiliki tingkatan yang berbeda-beda sehingga perilakunya pun berbeda-beda pula.

Buku ini khususnya akan membahas emosi marah dengan berbagai macam bentuk dan penyebabnya serta bagaimana mengatasinya. Marah adalah suatu kondisi yang mengakibatkan timbulnya ketidakseimbangan psikologi, hal ini membutuhkan upaya untuk mencapai keseimbangan kembali. Upaya tersebut akan dapat dilakukan dengan memberikan terapi yang berupa terapi agama, terapi psikologi dan terapi relaksasi. Dalam buku ini juga disajikan ilustrasi tentang manifestasi emosi marah, ciri-cirinya, penyebab-penyebabnya dan dimuat pula pertanyaan serta latihan-latihan yang tidak sulit untuk dipraktekkan. Akhir-akhir ini, kita sering melihat kejadian-kejadian yang ada disekitar kehidupan kita, jika kita membaca koran, tabloid dan majalah ataupun media elektronik maka kita akan menemukan banyak berita kriminal. Seperti, seorang suami dengan sadisnya membakar istrinya di depan anak kandungnya, seorang anak yang tega membunuh ayah kandungnya dengan kejam, bahkan anak-anak kecilpun yang tidak berdosa tak luput dari perlakuan-perlakuan sadis dan biadab orang-orang disekitarnya. Kendatipun tindak kriminal itu disebabkan berbagai sebab, tetapi pada umumnya alasan yang menonjol adalah karena kemarahan. Jika tidak ada kemarahan pada saat menjelang tindak kriminal, maka tidak mungkin ada salah satu diantara mereka yang telah menjadi korban. Dari peristiwa-peristiwa tersebut, kita mendapatkan pelajaran bahwa ternyata, segala keributan, kekacauan dan malapetaka yang terjadi pada manusia kebanyakan dilatarbelakangi oleh tidak terkendalinya kemarahan manusia. Akibat dari kemarahan itu pun begitu dahsyat efeknya, tidak hanya dirasakan oleh yang marah tetapi juga orang-orang disekitarnya, dan penyesalannya pun berkelanjutan sepanjang masa.

Hal-hal itulah yang melatarbelakangi kedua penulis yang sama-sama merupakan aktivis dari Organisasi profesi Psikolog, meluncurkan buku ilmiah populer ini yang merasa prihatin atas kejadian-kejadian itu. Selain teori dan aplikasi, buku ini juga dilengkapi dengan kisah-kisah nyata yang dibalut humor sebagai suatu cerita yang akan dapat lebih membuat pembacanya semakin mengerti apa yang ingin disampaikan oleh teori-teori tersebut yang ditulis dalam bentuk sebuah kotak. Penulis pun mengaplikasikan gaya bahasanya yang lugas, bersahabat, dan mudah dicerna serta aplikatif yang akan membuat pembaca ingin terus-menerus melanjutkan bacaannya. Tak lupa pula penulis mencantumkan hadist-hadist dan kutipan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang berhubungan dengan apa yang disampaikan sehingga kita bisa lebih menghayati isinya dan dapat mengisi setiap relung hati dan menjadi jiwa dalam irama kehidupan setiap pembacanya. Amin.

Buku ini, insya Allah akan sangat berguna bagi masyarakat secara umum, semua kalangan dari yang muda sampai yang sudah usia lanjut karena akan membantu kira berlatih mengendalikan amarah dengan berbagai pendekatan Islami. Pengendalian emosi marah memang harus dilakukan oleh setiap individu, karena kalau tidak, akan menimbulkan dampak yang mungkin membahayakan baik secara psikologis maupun sosial. Buku ini juga akan sangat cocok khususnya bagi Anda yang merasa tidak bisa mengendalikan amarahnya dan cobalah aplikasikan terapi-terapinya baik berupa terapi agama, terapi psikologi maupun terapi relaksasi. (Resensi dari buku Psikologi Marah; Yadi Purwanto, Rachmat Mulyono)

Posted in Psikologi dan Kesehatan | 1 Comment »

Menerima Apa Adanya

Posted by ecanblue pada Juni 3, 2008

“SAYANG, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan,” kata seorang istri kepada suaminya sambil menyodorkan majalah tersebut. “Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari diri kita dan pasangan kita serta harapan-harapannya. Kemudian, kita akan membahas bagaimana mengubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia,” jelasnya pula.

Sang suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing. Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya.

“Aku akan mulai duluan ya!” seru sang istri. Ia pun lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang dituliskannya, tak kurang dari 3 halaman. Ketika ia mulai membacakan satu per satu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa air mata suaminya mulai mengalir.

“Maaf, apakah aku harus berhenti?” tanyanya. “Oh tidak, lanjutkan,” jawab suaminya.

Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis di atas meja dan berkata dengan bahagia, “Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu”. Dengan suara perlahan suaminya berkata, “Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin mengubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satu pun dari pribadimu yang kudapatkan kurang.”

Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya. Ia menunduk dan menangis.

SETIAP orang, siapa pun dia, pasti ingin tampil cantik, tampan dan menarik bagi pasangannya. Tak dapat dimungkiri, setiap kita akan tertarik dengan penampilan fisik yang cantik, tampan, dan ideal. Bahkan, bagi sebagian orang, kecantikan dan ketampanan dengan memiliki tubuh yang ideal adalah modal awal yang bisa membawanya ke puncak kesuksesan, sebut saja kalangan selebritis. Hanya sayang, banyak cara dan upaya mempercantik diri yang dilakukan sebagian orang ternyata keliru dan cenderung membahayakan diri sendiri. Ini kan sama saja dengan keluar dari satu problem masuk ke problem berikutnya.

Jadi persoalannya adalah bagaimana cara mendapatkan kecantikan dan ketampanan tersebut tanpa harus membahayakan diri sendiri dan bertentangan dengan akidah yang dimiliki. Tiap orang dilahirkan dengan kondisi tubuh yang berbeda-beda. Ada yang memang dari “sononya” sudah cantik dan tampan, serta ideal, tapi tidak sedikit pula yang “biasa-biasa” saja hingga “kurang cantik” atau “kurang tampan”. Oleh karena itu, pada sebagian orang, keinginan tampil cantik dan tampan serta punya tubuh ideal seringkali menimbulkan problem.

Hal ini terjadi karena terdapat kesenjangan antara das sein dan das solen. Antara kondisi tubuh nyata dengan body image yang dijadikan standar pencapaian kecantikan dan ketampanan tersebut. Problem inilah yang kemudian mendorong seseorang untuk berusaha melakukan berbagai cara agar tujuan tampil ideal bisa tercapai.

Keinginan tampil cantik dan sehat serta ideal merupakan harapan setiap orang di mana pun, khususnya kaum hawa. Namun yang disesalkan, persepsi itu sering disalahartikan sebagai upaya-upaya “memermak” bagian tubuh, seperti lewat pelangsingan, dengan mengabaikan faktor kesehatan. Lebih gawat lagi, semua upaya itu diserahkan kepada pihak yang tidak memiliki kewenangan untuk melakukannya. Akibatnya, alih-alih mendapatkan wajah cantik dan tubuh ideal, yang didapat malah tubuh rusak dan “hancur-hancuran”. Bila sudah demikian, kata Diah Nurwitasari, Dipl.Ing, ketua Lembaga Dakwah dan pemberdayaan Potensi Muslimah (LDP2M) Permata Bandung, kita harus hati-hati.

Pertama, ditinjau dari Islam apakah operasi kosmetik itu untuk tujuan mempercantik diri atau pengobatan dan kesehatan. Yang dimaksud kesehatan yaitu, bagi perbaikan secara anatomis yang menjadi masalah kesehatan yang tadinya menggangu. Namun, bila mengubah penampilan (mempercantik diri), harus dilihat kembali, jangan-jangan kita tergelincir kufur nikmat, tidak bisa menerima fisik yang telah Allah berikan dengan sempurna ini.

Bedah plastik atau bentuk operasi lainnya bisa saja dilakukan dengan meluruskan niat dan tujuan yang ingin dicapai. Kata Diah, tujuan pernikahan adalah ibadah, dengan demikian harus melahirkan kebaikan-kebaikan agar tidak terjadi kesalahan dalam mempercantik diri untuk pasangan, sebaiknya ada komunikasi dan keterbukaan. Menghargai pendapat kedua belah pihak, misalnya pendapat istri tentang suaminya, begitu pun sebaliknya ketika berdandan (bersolek).

Kedua, zat yang menempel bagian yang diperbaiki harus benar-benar suci kehalalannya. Selain itu, zat yang ditanamkan tidak mengancam jiwa atau merusak fisik yang sudah ada.

Ketiga, efek samping yang ditimbulkan dalam jangka panjang. Boleh jadi berhasil 1-2 tahun, namun menimbulkan alergi atau ketidakcocokan dan kerusakan fisik setelah lama pemakaian.

Keempat, aman dan nyaman secara teknik pelaksanaannya. Metode yang digunakan benar-benar tidak merusak atau menyakiti tubuh sehingga tubuh sendiri tidak merasa dizalimi dengan merasakan sakit atau kerusakan saat menjalani operasinya.

Yang paling penting kata lulusan Teknik Perancangan Pesawat Terbang, University of Applied Science Aachen, Jerman ini, bila mau melihat lebih jauh lagi, dalam masalah kecantikan yang akan sangat terlihat bukan dari penampilan fisik, namun kecantikan dari dalam (inner beauty) yang ditimbulkan dari keimanan.

“Pancaran kecantikan seseorang terlihat dari kepribadian yang dibentuk oleh keimanan. Semakin tinggi keimanan seseorang, akan semakin terlihat menarik dirinya bagi lingkungan sekitarnya. Perilakunya akan terjaga dari hal-hal yang tidak sepatutnya ia kerjakan. Wajahnya otomatis akan mendatangkan ketenangan dan penyejuk bagi siapa pun yang melihatnya,” kata Diah. Tabaruz (bersolek) dalam Islam bukan tidak boleh, namun mempercantik diri ini harus dilihat dulu untuk siapa dan di hadapan siapa. Islam mengajurkan setiap suami istri itu harus bisa menyenangkan pasangannya. Jadi kalau dilihat menyenangkan. Namun ketika bersolek dengan niat ingin dilihat orang lain menarik, untuk daya tarik setiap orang, maka harus dipertanyakan kembali niat dan tujuannya.

Mengenai operasi plastik, Islam memperbolehkannya hanya sebatas untuk tujuan medis seperti mengobati penyakit atau operasi. “Kalau tujuannya mempercantik diri seperti hidung lebih mancung, memakai rambut palsu (wig), mencukur bulu alis, dan sejenisnya, maka ajaran Islam melarangnya. Umat Islam tidak diperbolehkan menambah atau mengurangi pemberian dari Allah,” ujar Dicky Zaenal Arifin, pimpinan Hikmatul Iman.

Dalam sebuah hadis Qudsi ditegaskan “Sesungguhnya Allah itu Mahaindah dan suka akan keindahan” hingga apa pun yang diberikan Allah adalah terbaik bagi manusia. “Lebih baik bersyukur atas semua nikmat dari Allah. Manusia harus ikhlas menerima apa pun ketentuan dari Allah termasuk pemberian tubuh ini.

Sehat tapi menarik merupakan dambaan setiap orang, kata guru utama olah raga pernapasan yang mengembangkan UP2U sebagai metode sistem perawatan alami kesehatan dan kecantikan ini. Untuk tampil sehat tapi menarik bisa direkayasa secara alami dengan menggunakan enegri yang ada dalam tubuh kita. Caranya? Kata Dicky, Pertama lakukan olah raga dengan baik, dan lakukanlah olah raga pernapasan dengan melakukan pengaturan napas yang baik. Tarik nafas sedalam mungkin, kemudian tahan sekuat-kuatnya, dan keluarkan secara perlahan. Semain sering main baik. Energi yang kita gunakan sehari-hari hanya tak kurang dari 2-3%, selebihnya 97% masih tersimpan, bila dioptimalkan dengan latihan, maka akan menghasilkan energi yang luar biasa.

Kedua, makanan yang baik, sebaiknya makanan dari bahan yang diolah secara organik, hindari fast food atau pengolahan dengan bantuan senyawa anorganik. Ketiga, menghindari stres, karena metabolisme akan terganggu. Keempat, perbaiki kualitas tidur dengan menghindari begadang. Kelima, meminimalisasi mengonsumsi obat-obatan, terutama obat kuat.

Posted in Psikologi dan Kesehatan | Leave a Comment »