Lembayung Mendayuh

Antara aku, kau, dan ilmu

Archive for the ‘Sains’ Category

Gempa Bumi

Posted by ecanblue pada Juni 3, 2008

Dewasa ini bangsa Indonesia sedang dilanda banyak bencana alam. Salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia adalah gempa bumi. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia berupa gunung berapi dan secara geografis terbentuk dari tiga lempeng utama dunia yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Masih teringat dalam benak kita, bagaimana bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda Aceh dan sekitarnya, hal tersebut menimbulkan luka dan trauma yang sangat mendalam oleh warga Aceh khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya dari akibat yang ditimbulkan gempa bumi tersebut, sehingga kecemasan akan datangnya bencana serupa melanda masyarakat Indonesia yang tinggal di sepanjang pantai. Kecemasan itu sekarang seakan memperoleh pembenaran dengan terjadinya kembali bencana gempa bumi di Yogyakarta, pantai selatan pulau Jawa terutama pantai Pangandaran, Sumatera Barat, dan kemarin di Jawa Barat serta di berbagai penjuru wilayah Kepulauan Indonesia.

Hal tersebut menjadi cambuk bagi kita sebagai warga Indonesia khususnya pemerintah untuk segera dapat menangani dan mencari solusi permasalahan bagaimana agar kerusakan dan korban dari gempa bumi tersebut untuk selanjutnya dapat diminimalisir serta diatasi secara baik dan cepat. Untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut tentunya diperlukan ilmu serta pengetahuan dari karakteristik gempa tersebut. Secara definisi gempa merupakan getaran pada kerak bumi sebagai gejala pengiring dari aktivitas tektonisme, vulkanisme, dan runtuhan batuan secara lokal serta getaran yang dihasilkan merambat ke segala arah sebagai gelombang. Dari gelombang tersebut maka dapat diperhitungkan sifat-sifat fisis untuk digunakan sebagai acuan apabila terjadi gempa selanjutnya.

Apabila ditinjau secara geografis, Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik sehingga tumbukan antar lempeng bisa kapan saja terjadi dan menimbulkan gempa akibat pergerakan lempeng-lempeng tersebut. Hal tersebut dikarenakan di dalam sejarah bumi zaman dahulu, benua-benua saling berhubungan yang disebut pangea kemudian terpecah-pecah dengan dashyat dan terbagi menjadi sepuluh lempeng utama. Itu diketahui dari ditemukanya berbagai species makhluk hidup yang sama di benua yang berbeda. Selanjutnya dijelaskan dengan tektonik lempeng mengenai proses dinamika bumi tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi, dan cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng tersebut. Jika dua lempeng bertemu pada suatu titik, keduanya dapat bergerak saling menjauhi, saling mendekati atau saling bergeser. Umumnya, gerakan ini berlangsung lambat dan tidak dapat dirasakan oleh manusia namun terukur sebesar 0-15 cm pertahun. Kadang-kadang, gerakan lempeng ini macet dan saling mengunci, sehingga terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut sehingga terjadi pelepasan mendadak yang kita kenal sebagai gempa bumi.

Melalui hasil grafik dari catatan rekaman seismograf, didapat amplitudo untuk menentukan besar gempa sehingga biasanya di negara-negara maju seperti Jepang dan Rumania dipasang suatu sensor sensitif pendeteksi amplitudo gempa di dekat pantai untuk kemudian memberikan sinyal berupa alarm yang diteruskan ke tempat-tempat umum ketika gempa datang sehingga dapat memberi informasi lebih cepat ketika gempa akan datang kepada masyarakat walaupun masih dalam waktu yang singkat.

Jadi dalam hal ini, untuk penangulangan gempa bumi khususnya di Indonesia diperlukan prediksi gempa lebih dini baik dengan sistem keamanan awal (Early Warning Alarm), pembagian wilayah aktivitas gempa bumi, melihat tanda-tanda alam seperti adanya awan gempa, memperhatikan perilaku hewan-hewan. Amati apakah hewan-hewan seperti menghilang atau lari tanpa tentu arah, ataupun hewan bertingkah aneh. Insting hewan sangat tajam dan hewan bisa merasakan gelombang elektromagnetis, membangun kerjasama monitoring antar departemen bersangkutan didalam negeri maupun dengan luar negeri, dan memberi himbauan serta informasi lebih lengkap terhadap masyarakat mengenai bagaimana cara menyelamatkan diri ketika gempa datang dimanapun kita berada.

Suka atau tidak, kita yang hidup di Indonesia, selalu harus berurusan dengan gempa dan tsunami. Keduanya adalah siklus alam, hanya saja barangkali kita yang belum bisa memahaminya. Kepanikan yang muncul pada gempa yang telah terjadi selama ini, barangkali akan terus berulang di masa depan ketika kita tidak juga memahami siklus alam yang kita diami dan mencoba ‘bersahabat’ dengannya. Sehingga harapannya, semoga ada diseminasi informasi yang lebih luas serta kesadaran akan pentingnya ilmu dan teknologi. Bagaimana melindungi diri dan orang lain dari gempa, dan juga dari terjangan tsunami. Bukan sekedar menanti munculnya ratap tangis. Jadi diharapkan kita mencoba untuk berpikir, berpikir dan berpikir bagaimana mencari solusi dari permasalahan ini dan mengambil hikmah dan bercermin diri dari setiap peristiwa yang menimpa kita.

Posted in Sains | Leave a Comment »