Pelangi adalah sebuah simbol keindahan alam, namun untuk dapat melihat dan menikmati rasa takjubnya diperlukan suatu siklus dan proses yang panjang. Begitu pula arti proses perjuangan seorang pendidik atau dalam makna profesi adalah seorang guru. Hujan keringat yang selalu membasahi di setiap sela kujur tubuh, suara yang harus selalu digelegarkan untuk memberikan didikan dan ajaran yang maksimal, pelan hingga keras layaknya halilintar, gerak angin yang kadang tak teratur dari tingkah laku setiap murid yang berbeda tabiat pun seolah mesti dimengerti dan dipahami satu per satu, tiada lain hanya untuk kestabilan emosi, perilaku yang baik dan terarah, juga motivasi belajar yang selalu ada dalam diri setiap murid.
Badai pun kadang kala menerpa, mulai dari yang kecil hingga besar, seperti terkadang keluhan yang menjurus menyalahkan dari beberapa orang tua murid, yaitu ketika anaknya berperilaku kurang baik dan memiliki nilai rendah yang seperti menyeret pendidik di sekolah dalam lubang kesalahan yang besar. Sebuah ilustrasi dari kesibukan kerja padat para orang tua yang rela mengeluarkan uang berapa pun kepada siapa pun agar anaknya baik dan pintar, dibalik sebuah perasaan rindu sang anak yang menginginkan perhatian yang besar dari orang yang telah diberi amanat dan ujian terhadap mereka yakni orang tuanya. Uang dan guru hanyalah faktor pendukung dan pembantu dalam menyukseskan pola asuh yang dikembangkan orang tua. Selanjutnya, kesulitan ekonomi yang kadang kala menghimpit para guru untuk berbuat maksimal, pikiran yang melayang memikirkan uang sekolah anaknya, uang untuk makan dan pakaian, tuntutan cicilan sana sini dan hal lainya, apalagi kalau sudah berkeluarga dan apalagi kalau guru honorer dan swasta yang kecil.
Tapi apalah artinya hujan, halilintar, terpaan angin, hingga badai yang menghujam, jikalau pelangi dapat muncul dengan begitu indahnya, membuat hati tersenyum penuh warna, membawa dispersi kebahagiaan dalam jiwa hingga membuat lekukan bibir pun melebar. Sebuah pelangi yang identik dengan keberhasilan sang murid menggapai cita-citanya. Itulah pelangi senyuman bagi guru melihat murid-muridnya berhasil, bukan hanya berhasil dalam akademis, prestasi, ataupun pekerjaan, namun berhasil dalam bersikap dan bermanfaat bagi orang lain.
Mungkin hal tersebut yang membuat istilah guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Suatu istilah yang membanggakan bagi para guru yang diberi gelar pahlawan dengan berbagai pengabdian dan pengorbanannya, mengemban salah satu tujuan bangsa yang besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan tugas yang seberat tersebut diperlukan perhatian dan penghargaan lebih terhadap guru untuk membentuk sumber daya manusia yang handal dan kompetitif. Artinya kata ‘tanpa’ pada pahlawan tanpa tanda jasa bukan berarti profesi guru dapat dipandang sebelah mata, diperlukan keprofesionalisme dengan pengabdian yang tinggi terhadap amanat yang diembanya. Sebagai contoh, saat ini jangan dijadikan profesi guru sebagai pilihan terakhir bekerja untuk para lulusan strata diploma atau sarjana yang kesulitan mendapatkan pekerjaan di tempat lain. Tapi junjunglah sebagai profesi yang dicita-citakan sehingga terdapat sinkronisasi antara minat, bakat keilmuan, serta tujuan diri terhadap keinginan yang tercapai. Hal tersebut akan menjadikan seorang guru dapat berbuat maksimal kerena pekerjaan yang dilakukanya sesuai dengan keinginan dan keilmuanya.
Selain itu, tidak dapat dipungkiri faktor ekonomi menjadi aspek mendasar kualitas guru yang berimbas pada kualitas pendidikan bangsa. Hal tersebut juga yang menyebabkan profesi guru menjadi pilihan terakhir dalam mencari pekerjaan para lulusan sarjana baru. Oleh karena itu, diperlukan penghargaan dan perhatian ekonomi lebih secara merata terhadap guru, artinya dari segi kesejahteraan dan pelayanan fasilitas seperti kesehatan, bank buku, penyuluhan pengembangan potensi guru, keluarga, dan lain-lain, sesuai dengan perjuangan dan pengabdiannya selama ini.
Saat ini, ditengah perkembangan perhatian terhadap profesi guru, masih banyak juga menyimpan sekelumit cerita, seperti guru yang harus menempuh perjalanan jauh ke tempat mengajarnya, tak sedikit yang jalan kaki di berbagai pelosok pedalaman negeri, ada yang bersepeda, mungkin yang sudah berpuluh-puluh tahun mengabdi menggunakan sepeda motor, ditengah murid-muridnya yang masih remaja menggunakan kendaraan yang nyaman dan nyentrik. Kemudian guru yang rela bekerja sampingan setelah mengajar formal untuk memenuhi tuntutan kehidupan, ada yang menambah jadwal mengajar dengan menjadi guru les privat, berjualan di waktu senggang, menulis sebuah karya, dan bisnis-bisnis lainya yang dapat dilakukan. Kemudian tak sedikit juga yang berpenghasilan sangat kecil walaupun sudah bertahun-tahun mengabdi karena masih menjadi honorer ataupun yang lainya, dan masih banyak cerita lainya yang dapat diangkat dari lika-liku profesi guru. .
Hal tersebut bukanlah sebuah hal pengaduan atau bahkan sebuah keluhan hati melainkan sebuah gugahan atau pemahaman kesadaran akan pentingnya pembangunan kecerdasan kehidupan bangsa sebagai identitas dan citra kemajuan bangsa, yang salah satu aspek terpentingnya adalah meningkatkan kualitas pendidik dan pengajar termasuk kemampuan, keilmuan, dedikasi, dan taraf kesejahteraan. Jika kembali kita melihat sejarah saat Indonesia merdeka di tahun 1945, dan kemudian di tahun yang sama Jepang porak poranda oleh bom nuklir yang dahsyat sehingga Jepang mengalami kemorosotan di segala bidang yang membuat mereka harus segera berbenah untuk bangkit. Hal yang menarik ketika itu adalah pertanyaan panglima perang mereka saat mereka hancur dan kalah bukanlah pertanyaan berapa orang prajurit yang tersisa dan masih hidup, namun berapa banyak pengajar yang masih bertahan hidup. Dan kita dapat melihat seperti apa Jepang sekarang, dengan kemajuan teknologi yang pesat, pembangunan di segala bidang yang merata, dan taraf kesejahteraan yang baik walaupun tidak dibarengi dengan sumber daya alam yang melimpah, namun memiliki sumber daya manusia yang handal dan kompetitif. Hal ini dapat menjadi sebuah cermin akan pentingnya menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik keilmuan dan sikap dengan dimulai dengan menghargai, memahami, dan meningkatkan kualitas pendidik untuk kemajuan bangsa dan negara.
Keadaan murid-murid Indonesia saat ini pun beragam, ada yang mampu meraih prestasi tinggi dengan memenangkan olimpiade suatu bidang studi baik di tingkat nasional, asia, bahkan dunia, ada yang meraih prestasi keterampilan mulai dari keahlian teknis sampai komunikasi, ada yang mampu menempuh sukses ke perguruan tinggi favorit baik dalam maupun luar negeri, ada yang menunjukan keuletan dan kesungguhanya dalam belajar, berorganisasi dan bersikap di lingkungan sekolah. Hal tersebut benar-benar sebuah penghargaan keindahan yang tiada tara dari pelangi yang terukir dengan keringat dan pena bagi guru. Namun juga, tak sedikit yang menunjukan kelabilanya dengan berbuat hal yang kurang baik, baik itu adanya tawuran, perkelahian, geng motor, dan kenakalan lainya yang meresahkan orang banyak. Berkebalikan dari sebelumnya, hal ini justru menjadi pukulan telak dari pembentukan pelangi dan pelajaran balik akan sistem pendidikan dan kerjasama antara pihak orang tua dan sekolah. Mencari berbagai solusi untuk menciptakan keseluruhan pelangi yang mampu berkontribusi terhadap orang banyak akan menjadi pekerjaan rumah yang berat untuk berbagai pihak, namun dengan tekad, tujuan, dan sistem pendidikan yang baik, hal tersebut akan tercapai, yaitu membentuk pelangi yang handal untuk kemajuan bangsa.
Tongkat sejarah pendidikan akan terus bergulir dari masa ke masa, dari generasi ke generasi, dan hal tersebut akan menjadi proses yang akan menciptakan sistem. Pendidikan yang dilakukan saat ini dan terdahulu memberikan pengaruh dan menjadi akar, batang, ranting, dan lainya untuk membentuk buah yang unggul. Pendidik, pengajar, bersama orang tua adalah salah satu dari sistem yang menjadi akar yang menentukan kokohnya pondasi dari sang generasi penerus. Oleh karena itu, kembali lagi bahwasanya guru bukan sebuah profesi yang mudah dan dapat dipandang sebelah mata, diperlukan kualitas, profesionalitas, dan penghargaan yang sesuai karena menjadi salah satu tulang punggung sebuah bangsa yang mengemban amanat untuk membentuk sumber daya manusia yang cerdas dan mantap secara keilmuan dan tata laku yang nantinya akan menjadi penerus pemimpin-pemimpin bangsa. Membentuk pelangi-pelangi yang menawan dan membanggakan yang akan menjadi citra keindahan dan simbol kemajuan bangsa. Satu keinginan dan tujuan mulia dari proses dedikasi ini adalah melihat pelangi-pelangi sukses dan hal itu adalah bentuk penghargaan yang terbesar, kembali lagi dari sebuah ukiran keringat, pena, dan pengabdian. Terus pancarkanlah keindahanmu, pelangi.